Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Betapa Manusia Berbakat dalam Berkhotbah

 

Sholikhin Mubarok - Berkhotbah adalah bakat manusia


“Seekor burung bercericit dengan sangat cerewet, seolah ingin mengumandangkan banyak hal yang ia tahu. Begitu cerewetnya seolah ia sudah paham dengan apa yang ia katakan. Layaknya seorang bocah yang baru bisa berbicara sepatah dua patah kata, ia ucapkan berulangkali tentang apapun yang ia bisa ucapkan.”


Kira-kira manusia memang demikian...

Entah sejak kapan semua itu kalian sadari, tapi kebanyakan orang memang demikian. Bercerita tentang apapun yang ia ketahui, berkhotbah kesana-kemari, seakan-akan ia benar-benar memahami tentang apa yang ia katakan.

Dengan Si A bercerita tentang agama, dengan Si B bercerita tentang dunia, dengan Si C bercerita teknologi, dengan Si D bercerita tentang sejarah, dengan Si E dan seterusnya bercerita tentang ini dan itu yang terkadang tanpa diminta pun ia terus mengumandangkan ceritanya.

Entahlah, saya merasa semakin sering seseorang bercerita tentang banyak hal, saya kian tidak percaya dengan apa yang dia katakan, apalagi dia bercerita tanpa diminta. Hal senada juga pernah saya dapatkan ketika seorang alim bertutur bahwa, salah satu ciri orang bodoh adalah dia yang setiap ditanya selalu menjawab.

Ia bercerita seolah ia benar-benar paham tentang setiap hal yang ia ketahui, padahal kebanyakan ia hanya sebatas tahu, bahkan mungkin hanya sedikit tahu. Dan, kebanyakan orang senang berimprovisasi dalam menceritakan sesuatu hal di tempat yang berbeda-beda demi memberikan bumbu yang enak dan terdengar meyakinkan lawan bicaranya. Satu cerita sering berubah-ubah alurnya tergantung daya ingat dari masing-masing pencerita.

Kita semua hampir tahu tentang adanya pohon, tetapi belum tentu paham apa itu pohon.

Mengapa kita gemar membagikan apa yang baru saja kita ketahui?

Tahu tentang perkara ini, kita bagikan. Tahu tentang perkara itu, kita bagikan lagi. Tanpa sempat menyimpan terlebih dahulu untuk kemudian kita renungkan dan memperdalam pengetahuan itu. Kiranya perkembangan zaman memberikan pengaruh besar terhadap fenomena itu.

Setelah menempuh jalur ketenangan dan kesunyian, seseorang biasanya akan pandai berkhotbah. Kesana-kemari bercerita tentang pengalamannya, tentang keilmuannya, tentang apapun yang ia bisa ceritakan. Biasanya dia akan menceritakan hasil dari perenungan-perenungannya. Mungkin berkhotbah memang bakat manusia.

Berkhotbah di era modern telah menjelmakan dirinya ke dalam berbagai jenis, tidak hanya dalam forum diskusi tetapi juga ke dalam feed media sosial.

Tapi, saya berpendapat bahwa mungkin hal itu juga untuk memotivasi dirinya sendiri....

 

Post a Comment for "Betapa Manusia Berbakat dalam Berkhotbah"