Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gadis Kecil di Tepi Danau


Sepuluh tahun silam, seorang perempuan mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri ke dalam danau yang ada di belakang rumahnya. Peristiwa itu terjadi tepat sehari setelah ia melahirkan seorang bayi perempuan yang tidak diketahui siapa bapaknya. Perempuan itu menitipkan bayi yang baru saja ia lahirkan kepada kakak kandungnya. Namun, sang kakak sama sekali tidak mengetahui jika adiknya memiliki niat buruk untuk bunuh diri.

Sore itu, seorang lelaki pencari rumput melihat seorang perempuan berdiri di tepi danau dengan setangkai bunga mawar digenggamannya. Tak berselang lama perempuan itu melompat ke dalam danau. Pencari rumput itu pun langsung melompat ke dalam danau dan mengerahkan warga sekitar untuk mencarinya, tetapi hasilnya nihil. Mereka tidak berhasil menemukan jasad perempuan malang itu. Sampai hari ini, jasad perempuan itu juga belum berhasil diketemukan.

Ia bernama Rahma. Gadis desa yang cantik jelita dan berperangai baik kepada semua orang. Namun, karena kebaikan dan keluguannya itu seorang lelaki bejat dan tidak bertanggungjawab sampai hati memperkosanya, kemudian meninggalkannya pergi begitu saja dengan kondisi mengandung.

Sejak kejadian itu, Rahma yang semula ramah dan sumeh kepada semua orang, berubah menjadi gadis pemurung dan suka mengurung diri di dalam rumahnya. Ia juga dicap sebagai perempuan jalang oleh warga sekitar, meskipun mereka tidak mengetahui cerita yang sesungguhnya. Hanya ada satu orang yang Rahma beritahu tentang kejadian yang sesungguhnya, yaitu kakak kandungnya. Seorang yang kelak akan merawat dan membesarkan anaknya.

Selama sembilan bulan mengandung, ia menjalani hari-harinya dengan penuh rasa kecewa, bertahan dengan segala macam cemoohan, caci maki, dan hujatan dari orang-orang sekitar. Hingga akhirnya, muncul niat buruk untuk mengakhiri hidup setelah bayi yang dikandungnya lahir.

Kini, bayi itu telah berusia hampir genap sepuluh tahun. Ia tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan anggun dengan rambut ikalnya. Gadis itu bernama Rinjani. Ia tinggal bersama bibinya di rumah peninggalan mendiang ibunya. Rumah yang di belakangnya terdapat danau tempat ibunya bunuh diri dan bersemayam di dalamnya.

Bibinya memperlakukan Rinjani seperti anaknya sendiri. Kendati hal itu tidak menutup kemungkinan bagi Rinjani kecil untuk terus menanyakan di mana keberadaan ayah dan ibunya.

“Bibi, apa Bibi tahu di mana ibu dan ayahku sekarang?” tanyanya dengan raut wajah polos dan memelas. 

Entah, itu pertanyaan yang ke berapa kalinya. Pertanyaan serupa yang membuat bibinya bingung harus menjawab apa lagi. Sampai akhirnya bibinya terpaksa harus menjawab dengan sejujur-jujurnya.

“Rinjani, sayang. Ibumu sudah tiada,” bibi berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. “Ia bunuh diri di danau belakang rumah kita tepat sehari setelah melahirkanmu. Ia putus asa karena ditinggal pergi oleh ayahmu sewaktu mengandungmu.”  Jawab bibinya dengan penuh kehati-hatian dalam menjalaskan maksudnya.

“Apa ibuku seorang perempuan baik-baik? Atau seperti yang orang-orang katakan padaku setiap hari?” tanyanya kembali dengan raut wajah penuh penasaran.

“Ia perempuan baik-baik. Ia juga perempuan yang cantik sama sepertimu,” jawab bibinya dengan sehelai senyum di bibirnya.

“Apakah Bibi berkata jujur?” tanyanya kembali.

Bibinya hanya diam, kemudian gadis kecil itu dipeluknya dengan sangat erat.

Hampir sepuluh tahun bibinya memendam cerita itu, dan dengan sabar harus menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh Rinjani.

Setiap sore, Rinjani selalu datang ke danau di belakang rumahnya dengan membawa karangan bunga. Kemudian, termenung di tepi danau sambil memandangi air di permukaan danau yang tampak hening dan tenang. Setelah cukup lama termenung, ia kemudian menaburkan karangan bunga yang ia bawa ke permukaan danau itu.

“Ibu, aku pamit dulu ya. Esok aku akan kembali menjengukmu di sini. Akan selalu kubawakan bunga untukmu agar tubuh ibu senantiasa harum.”

Ia melakukan rutinitas itu hingga usianya menginjak remaja. Ia tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, matanya bulat dan indah, bibirnya senantiasa menaburkan senyum, dan ia sangat ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali.

Setelah kematian bibinya 5 tahun lalu, ia tinggal sebatang kara di rumah peninggalan mendiang ibunya. Anak kandung bibinya tinggal bersama suaminya di luar kota, hanya seminggu sekali mereka dapat berkunjung. Itupun kalau pekerjaan tidak menghalanginya.

Rutinitas menjenguk ibunya masih rutin ia lakukan. Namun, karena kini ia telah disibukkan dengan pekerjaannya, ia tidak lagi melakukannya setiap sore, melainkan setiap minggu sore saja.

Sampai pada suatu hari, ia berkenalan dengan seorang laki-laki yang ia jumpai di sebuah kafe langganannya. Setelah sekian lama berkenalan, akhirnya mereka pun memutuskan untuk berkencan dan menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih.

Laki-laki itu bernama Randu. Ia selalu bersikap baik kepada Rinjani, tutur katanya pun senantiasa lemah lembut. Dalam hati Rinjani berkata, bahwa ia adalah laki-laki yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya, laki-laki yang ia nantikan kehadirannya untuk mengakhiri rasa kesepiannya selama ini.

Karena alasan tinggal sendirian di rumah, Rinjani sangat merahasiakan lokasi rumahnya dari kekasihnya itu. Hidup di ruang lingkup masyarakat pedesaan memang harus pandai-pandai menjaga etika dan tata krama. Kalau tidak, akan banyak warga yang membicarakannya, bahkan menggunjingnya. Hal itu ia lakukan selama berbulan-bulan menjalin hubungan dengan kekasihnya.

“Mas, aku turun di sini saja ya. Rumah Rinjani sudah dekat kok, biar aku jalan kaki saja.” Meskipun sebenarnya jarak menuju rumahnya masih sekitar 1 kilometer, tapi hal itu yang dilakukan Rinjani saat Randu mengantarkannya pulang.

“Beneran gak papa, Dek? Mas anterin sampai rumah ya?” ia masih mencoba merayu Rinjani.

“Beneran, gak papa kok. Mas langsung pulang saja ya, nanti kemalaman lho,” ucapnya untuk meyakinkan Randu.

Namun, pada suatu hari Randu diam-diam datang ke rumah Rinjani. Hal itu ia lakukan tanpa sepengetahuan Rinjani. Ia mengetahui lokasi rumah Rinjani setelah bertanya kepada warga sekitar dengan menyamar sebagai kurir pengantar paket.

Sejak saat itu, Randu menjadi sering berkunjung ke rumah Rinjani. Meskipun Rinjani sudah mencoba melarangnya, tapi ia tetap nekat datang. Apalagi setelah tahu Rinjani tinggal sendiri di rumah. Tentu saja Rinjani merasa tidak nyaman dengan hal itu.

Malam itu, saat hujan masih lebat-lebatnya. Tiba-tiba Randu menelepon bahwa ia sudah berada di depan rumahnya. Ia berdalih jika kebetulan lewat daerah itu untuk alasan pekerjaan, yang tentu saja adalah sebuah alibi yang sudah ia siapkan sebelumnya.

 “Dek, mas ada di depan rumahmu ini,” kata Randu dalam telepon.

“Hah, ngapain mas malam-malam datang ke sini?” sahut Rinjani terkejut.

“Tadi mas ada urusan kerjaan dan kebetulan lewat daerah sini. Udah kamu buruan keluar, aku kedinginan ini,” jawabnya dengan nada suara dibuat seolah-olah menggigil kedinginan.

“Iya-iya mas, sebentar ya.”

Dengan terpaksa dan perasaan tidak nyaman, Rinjani pun mengizinkan Randu untuk masuk ke dalam rumahnya. Hal itu ia lakukan karena Randu terus menerus memohon agar diperbolehkan masuk sambil terus beralasan kedinginan.

Sungguh nasib malang sedang menimpa Rinjani. Malam itu orang yang ia anggap sebagai sosok pelindung bagi dirinya ternyata tidak seperti yang selama ini dia bayangkan. Ia hanya berpura-pura baik demi mendapatkan hati perempuan cantik bernama Rinjani. Tentu saja dengan maksud bejat yang telah ia rencanakan jauh-jauh hari.

Malam itu Randu menunjukkan watak aslinya, ia nekat datang ke rumah Rinjani. Memaksa Rinjani agar mengizinkannya menginap. Kemudian, saat Rinjani tengah tertidur pulas, kejadian serupa yang pernah dialami oleh mendiang ibunya pun terulang kembali. Randu dengan buas dan penuh nafsu birahi tega meniduri Rinjani. Rinjani tak mampu berbuat apa-apa lagi. Ia hanya pasrah dengan kejadian yang sedang menimpanya malam itu. Sembari terus menangisi atas kemalangan nasibnya.

Sebulan setalah kejadian itu, Rinjani merasa ada yang aneh dengan dirinya. Seperti ada tubuh lain di dalam dirinya. Ternyata ia tengah mengandung dan sudah berumur tiga minggu. Hal itu ia ketahui setelah melakukan pemeriksaan medis.

Tetapi, nasib malang kembali menimpanya. Saat ia mencoba menghubungi Randu, nomornya sudah tidak aktif. Setelah ia mencoba menghubungi pihak kantor tempat Randu bekerja, ternyata sepekan sebelumnya Randu telah mengajukan surat pengunduran diri. Pihak kantor tidak mengetahui dia pindah ke mana, karena memang Randu tidak memberitahukannya.

Setelah peristiwa itu, Rinjani yang semula adalah gadis ceria dan ramah, seketika berubah drastis menjadi perempuan pemurung dan pemarah. Hari-harinya ia habiskan dengan berdiam diri di rumah. Siang dan malam ia habiskan waktunya untuk menulis ratusan syair puisi kekecewaan dan kemarahan sebagai luapan dari isi hatinya. Puisi-puisi itu ia bacakan setiap sore menjelang magrib di tepi danau tempat ibunya bersemayam. Seolah ia sedang menjadi wakil atas kekecewaan hati yang pernah ibunya rasakan.

Kini, tiba saatnya jabang bayi itu lahir ke dunia. Setelah hari demi hari ia lalui dengan gumpalan amarah dan kekecewaan di lubuk hatinya. Sehari setelah bayi perempuan itu lahir, Rinjani menitipkannya kepada sepupunya sebagai satu-satunya orang yang mengetahui kisah pedihnya.

Keesokan harinya, seorang kakek pencari kayu bakar yang kebetulan melintasi danau dikejutkan dengan keberadaan dua mayat perempuan yang mengambang di tepi danau. Kedua mayat itu tidak lain adalah mayat Rahma dan Rinjani. Sepasang ibu dan anak yang bernasib malang. Di atas tubuh Rinjani terdapat selembar kertas putih berisi nukilan syair puisi yang berjudul “Gadis Kecil di Tepi Danau.”


- AE, Mei-Juni, 2020.

5 comments for "Gadis Kecil di Tepi Danau"

  1. mantap bang templatenya
    .
    https://www.gilanx.my.id/2020/07/mengenal-astronomi-untuk-orang-awam.html

    ReplyDelete
  2. Coba masuk ke group Komunitas belajar menulis mas, siapa tau di tawari jadi penulia, tulisannnya bagus sekali. Itu kbm, yg buat asma nadia

    ReplyDelete
  3. Keren gan ceritanya ....


    Kunjungi balik dan jangan luw tinggalin komen,

    https://aisurunihongo.blogspot.com/2020/07/lirik-terjemahan-minami-ame-o-matsu.html?m=1

    ReplyDelete