Ketika Seekor Gurami Harus Tetap Bernapas di Perairan Laut
Sebelumnya
perlu kalian ketahui, bahwa gurami adalah salah satu jenis ikan yang habitat
aslinya adalah di air tawar. Empang, sungai, waduk dan danau. Namun, bagaimana
jika dia harus tercebur ke dalam habitat yang salah? Ke perairan laut misalnya? Tentu
saja dia akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan hidup yang bukan
habitat aslinya.
Kendatipun sama-sama
hidup di dalam air, tetapi gurami tidak bisa merasakan kenyamanan dalam
hidupnya. Air laut bukanlah tempat yang tepat untuknya. Tapi sekalipun dipaksakan
apakah gurami tetap bisa bernapas di sana? Bisa iya dan bisa tidak. Tergantung ketahanan
tubuh dari gurami itu. Kalau dia kuat ya dia bertahan, kalau tidak kuat, ya dia
akan mati dan menjadi ikan asin atau dimangsa binatang laut lainnya. Yang jelas
dia bukan dari jenis ikan laut.
Manusia
juga begitu, terkadang seseorang bisa terus-menerus berjalan di tempat dan
merasa tidak nyaman dengan kehidupannya. Hal itu bukan karena dia tidak bersyukur
dengan apa yang dia miliki, tetapi bisa karena dia tidak tinggal di
lingkungan yang semestinya.
Seseorang
bisa stagnan dalam fase hidupnya disebabkan oleh dua faktor; internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam
diri seseorang, meliputi karakter dan integritasnya. Sedangkan faktor
eksternal meliputi lingkungan sekitar, yang bisa berarti lingkungan sehari-hari maupun lingkungan kerja.
Seperti halnya
analogi ikan gurami di atas, bahwa tidak setiap orang bisa dipaksakan untuk survive
di lingkungan hidup yang bukan menjadi habitatnya, meskipun beberapa
mungkin tetap bisa menyesuaikan diri. Proses
adaptasi seseorang pun juga berbeda-beda, bisa cepat
bisa pula lambat. Ada yang bisa beradaptsi di semua lingkungan hidup dan ada yang tidak. Yang
tidak bisa biasanya akan mencari lingkungan hidup yang lain di mana dia bisa survive
di sana.
Manusia itu makhluk yang istimewa. Satu-satunya makhluk yang diberikan hak untuk menentukan pilihan hidupnya, hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain. Kalau kamu merasa tidak mampu hidup di lingkungan yang sekarang silahkan memilih yang lain, sebelum kamu tenggelam dan hilang.
Bagi orang yang memiliki passion di bidang kesenian, dia akan menemukan dirinya berharga jika berada d lingkungan yang memang senada dengan passion-nya. Dia hanya akan menjadi manusia yang dianggap kurang
kerjaan ketika dia tinggal di lingkungan yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing,
tanpa memiliki waktu untuk menciptakan keindahan.
Manusia memang
harus survive, harus terus melangkah, harus berkembang dari hari ke hari,
tetapi itu sulit terjadi jika orang tersebut menjalani hari-hari dengan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak memberikan dia kekuatan untuk bisa survive.
Dan, motivasi seseorang untuk bisa tumbuh dan berkembang itu lahir dari berbagai sebab. Ekonomi, sosial, dan impian dari masing-masing
individu adalah tiga faktor yang utama.
Seseorang
dengan perekonomian keluarga yang baik, namun tidak didukung kondisi lingkungan
sosial yang baik juga bisa membuat dia stagnan atau jalan di tempat. Kondisi perekonomian
keluarga dan lingkungan sosial baik, tapi tidak memiliki impian masa depan,
juga akan membuat seseorang berada dalam “comfort zone” kehidupannya.
Kuncinya ada
pada impian. Impian besar memberikan ledakan kekuatan yang besar dalam diri
seseorang. Sehingga ketika kondisi ekonomi dan lingkungan sosial tidak mendukung,
dia akan melompat dari lingkungan tersebut. Melompat bukan berarti pergi
meninggalkan lingkungannya, namun melompat dari pola berpikir yang sudah turun
temurun terbentuk di lingkungan tempat tinggalnya.
Itulah yang
disebut manusia berhak memilih, tidak seperti ikan gurami di atas. Gurami
memang diciptakan untuk hidup di perairan tawar, maka ketika dia mencoba hidup
di perairan payau dia akan kehabisan air dan banyak kemasukan garam dalam
tubuhnya, jadilah ikan asin. Sekalipun impiannya cukup besar dengan bisa
menjadi ikan yang bisa hidup di dua perarian “euryhaline”, namun
dia bisa mengorbankan dirinya sendiri.
Kita harus
bercita-cita setinggi langit, bermimpi seluas samudra, bertekad sekeras baja,
berambisi sebesar gunung, namun kita akan selalu dihadapkan dengan banyak
problematika hidup. Bagaimana dengan nasib orang tuamu yang usianya semakin senja?
Bagaimana dengan kebutuhan anak dan istrimu? Sungguh, impian besar memang
selalu dibenturkan dengan kehidupan yang keras, Kawan!
Dan, bebanmu
akan tetap menjadi bebanmu, tidak akan ada yang membantu memikulnya kecuali
dirimu sendiri. Teman-temanmu hanya sesekali memberimu kata-kata bijak yang
bisa berarti ingin menghiburmu atau hanya sekadar memberikan respons atas keluhmu.
Yang jelas kamu tetap merasakan beratnya sementara temanmu tidak.
Kita harus pandai mengukur kekuatan kita, mengukur langkah kita, apakah kita ini sejenis gurami
yang habitat hidupnya di air tawar atau kita ini sejenis kakap yang habitatnya
di air laut? Atau kita ini mujair yang bisa hidup di air tawar dan air laut?
Yang jelas
kita ini makhluk hidup yang diciptakan Tuhan dengan dibekali pilihan. :)
Mantab Bosku.
ReplyDelete